Apakah Kita Perlu Mencari Memahami Berdasarkan Mana Berasal Virus Corona? - Bbc News Indonesia

Britt Yip and Valeria PerassoBBC World Service

25 Juni 2021Sumber gambar, Getty ImagesKeterangan gambar,

Para peneliti sudah melakukan misi pengumpulan sampel kelelawar pada upaya tahu dari-usul Covid-19Sebuah studi "tepat ketika, transparan, dipimpin sang pakar, dan berbasis sains" - itulah diperlukan para pemimpin G7 berdasarkan para ilmuwan yg mengusut berasal-usul virus yang menyebabkan Covid-19.Ini bukan pertama kalinya para pemimpin politik yg bertenaga menyatakan dukungan pada penyelidikan berasal-usul virus yg menyebabkan pandemi waktu ini.Baca juga:Presiden AS Joe Biden baru-baru ini memerintahkan pejabat intelijennya buat melipatgandakan upaya & memberikan laporan dalam 90 hari, termasuk melihat secara mendetail kemungkinan bahwa virus corona dari dari laboratorium China.Hipotesis kebocoran laboratorium yang kontroversial, yg pernah ditolak dan disebut oleh banyak orang sebagai teori konspirasi, baru-baru ini ada pulang, memperumit hubungan yg sudah sulit antara China & Barat.China sudah berulang kali menolak teori itu & menyebutnya "kampanye kotor" & bentuk "pengalihan kesalahan" menurut negara-negara Barat.Satu setengah tahun sejak Covid-19 pertama kali dilaporkan pada Wuhan, pertanyaan bagaimana virus itu timbul masih menjadi rahasia.Apa sains di kembali pencarian ini - & mengapa hal ini wajibmelampaui kepentingan politik & asal-usul virus wajibditemukan?Sumber gambar, ReutersKeterangan gambar,

China dengan keras menolak laporan yg mengatakan bahwa 3 peneliti pada laboratorium Wuhan jatuh sakit lantaran virus pada ekspresi dominan gugur 2019Apa yang kita ketahui… & tidak kita ketahuiVirus SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi pada China dalam akhir 2019 & dalam Juni 2021, telah menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan lebih menurut 178 juta masalah yg dikonfirmasi dan tiga,9 juta kematian.Beberapa perkara awal terkait menggunakan pasar basah pada Kota Wuhan, tempat klaster pertama infeksi Covid-19 tercatat.Selama beberapa bulan terakhir, para ilmuwan telah mencapai konsensus luas bahwa virus menyebar sebagai dampak menurut "zoonotic spillover" atau "virus yang melompat" dari hewan yg terinfeksi ke manusia, sebelum sebagai sangat menular berdasarkan insan ke manusia.Tetapi, teori lain konfiden bahwa virus tersebut mungkin lolos menurut fasilitas riset hayati primer, yang terletak relatif dekat menggunakan pasar, yakni Institut Virologi Wuhan (WIV). Di loka itu, para ilmuwan telah menyelidiki virus corona pada kelelawar selama lebih menurut satu dekade.Pada awal pandemi, klaim kontroversial ini dipromosikan oleh Presiden Alaihi Salam, ketika itu merupakan Donald Trump. Beberapa melangkah lebih jauh dengan menyampaikan bahwa virus itu sanggup saja buatan manusia buat digunakan menjadi senjata biologis.Penelitian sejak ketika itu menaruh bukti yang menentang gagasan virus yang direkayasa.Virus tidak mengandung "sidik jari genetik atau urutan genetik yg 'direkayasa' berdasarkan virus yg telah ada sebelumnya", kata mereka. Sumber gambar, EPAKeterangan gambar,

Para pemimpin G7 menyerukan diadakannya penyelidikan dari-usul Covid-19 dalam rendezvous puncakterakhir mereka, yang diadakan pada Inggris pada pertengahan JuniPejabat penyakit menular AS Dr Anthony Fauci jua baru-baru ini mendiskreditkan gagasan itu, menggunakan mengatakan bahwa "orang China sengaja merekayasa sesuatu sehingga mereka bisa bunuh diri... Saya pikir itu relatif keterlaluan".Namun pandangan bahwa virus mungkin secara nir sengaja menyebar sebagai dampak dari peristiwas laboratorium yang dirahasiakan, yang terbaru pulang menyebabkan daya tarik.Pencarian dari usulBeberapa ilmuwan mendukung gagasan buat melihat kedua teori yg saling bersaing - teori kebocoran laboratorium dari virus yg awalnya dikumpulkan dari alam liar, melawan teori adanya lompatan virus alami (infeksi mungkin sudah menyebar dari kelelawar ke manusia secara langsung atau melalui fauna mediator seperti trenggiling atau mamalia lain yang belum teridentifikasi).Yang pertama "masih adalah kemungkinan valid yang nir boleh diabaikan," tulis para ilmuwan berdasarkan Austria, Jepang, Spanyol, Kanada, AS, dan Australia padabulan Maret.Organisasi Kesehatan Dunia menerbangkan sekelompok pakar ke China awal tahun ini buat menilik dari-usul virus.Namun laporan yg mereka susun tidak menarik konklusi apa pun tentang dari mana Sars-CoV-dua asal dan, bagi poly orang, menghasilkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.Pada bulan Mei, 18 ilmuwan terkemuka menulis surat di majalah Science yg mengajukan kasus ini untuk diselidiki lebih lanjut."Kita wajibmenganggap berfokus hipotesis mengenai penyebaran [virus] alami dan [kebocoran] laboratorium hingga kita mempunyai data yang cukup," tulis mereka.Mereka juga menekankan bahwa "penyelidikan yg tepat wajibtransparan, objektif, dari data", serta "tunduk pada supervisi independen".Profesor Akiko Iwasaki, seorang pakar imunologi di Yale School of Medicine, merupakan salahsatu penulis surat tadi.Sumber gambar, Dan RenzettiKeterangan gambar,

Profesor Akiko Iwasaki memeriksa bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons SARS-CoV-duaDia bersikeras bahwa memahami asal-usul virus ini sangat penting buat mencegah pandemi pada masa depan."apabila virus ditemukan eksklusif berpindah berdasarkan kelelawar ke insan, kita perlu merogoh tindakan untuk meminimalkan kontak pada masa depan dan buat menaikkan supervisi infeksi virus berdasarkan insan yang telah hubungan menggunakan kelelawar", ucapnya pada BBC.Sementara itu, "jika virus secara tidak sengaja bocor dari laboratorium, kita perlu melihat lebih dekat bagaimana itu terjadi & menerapkan langkah-langkah keamanan lebih buat mencegah kecelakaan misalnya itu."Profesor David Robertson, seseorang ahli virus pada Universitas Glasgow, mempunyai pandangan yg sama."Bahkan apabila institut pada Wuhan terlibat, kita masih perlu memahami menurut mana virus itu asal, menurut mana mereka mendapatkannya. Tetapi virus yang mereka hadapi [sebelum pandemi] tidak cukup dekat menggunakan SARS-Cov-dua buat menyebutnya sebagai berasal virus [yg mengakibatkan pandemi]," kata Prof Robertson pada BBC.Sumber gambar, ReutersKeterangan gambar,

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama